Semarang, NU Online
Kiai In'amuzzahidin bin Masyhudi Pedurungan, Semarang, Jawa Tengah memberikan ijazah untuk memohon rejeki yang banyak dan berkah, serta kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Pemberian ijazah ini dilakukannya pada pengajian rutin Komunitas Pecinta Kiai Sholeh Darat (Kopisoda) di Semarang, Ahad (21/3/2021).
"Rabbana atina fiddunya hasanah sebanyak 100 kali. Lalu ditutup wa fil akhirati hasanah wa qina 'adzabannar," kata Kiai In'amuzzahidin seperti dituturkan Sekretaris Kopisoda, Much Ichwan. "Kaidah atau aturannya dibaca setiap hari waktunya bebas. Ijazah ini diberikan secara umum untuk siapa saja," kata Kang Ichwan, sapaan akrabnya. Pengajian Kopisoda diisi dengan pembacaan kitab Tafsir Hidayaturrahman karya KH Muhammad Sholeh Darat bin Umar As-Samarani atau Mbah Sholeh Darat. Guru Besar Ilmu Tafsir yang kini Rektor UIN Walisongo Semarang, Imam Taufiq, pada sebuah acara di tahun 2016 mengatakan Mbah Sholeh Darat hidup pada masa penjajahan Belanda dan mengalami berbagai tantangan dalam menyebarkan Islam. "Di sisi lain, umat pada waktu itu membutuhkan pengetahuan agama yang memadai. Belanda mengekang proses kreatifnya, termasuk dengan melarang penerjemahan Al-Qur'an," kata Prof Imam Taufiq.
Menurutnya, Mbah Soleh Darat akhirnya menerbitkan tafsir Al-Qur’an bernuansa lokal setelah mendapat desakan RA Kartini dalam pengajian di rumah Bupati Demak Ario Hadiningrat. Imam Taufiq berpendapat, kitab Faidlurrahman termasuk kategori terjemah tafsir. Artinya, Mbah Sholeh Darat tak hanya menterjemahkan kata per kata tapi juga menafsirkannya. "Hal ini untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat awam karena penguasaan bahasa Arab yang terbatas. Selain itu, ia menggunakan tulisan Arab Pegon untuk mengelabui penjajah atas penerbitan kitab ini. Mbah Sholeh juga menggunakan penafsiran isyari," ungkapnya.
Dengan corak tafsir ini, Mbah Sholeh mampu memberikan sentuhan isyarat-isyarat yang kuat untuk mengkritik penjajah. Tafsir isyari terlihat, misalnya, dalam saat ia menerjemahkan surat al-Baqarah ayat 173 yang menerangkan tentang keharaman (mengkonsumsi) bangkai, darah, daging babi, dan sesembelihan bukan atas nama Allah. Pengajian Kopisoda sendiri diadakan secara rutin pada pekan ketiga setiap bulannya sejak lima tahun lalu. Pada harlah Kopisoda tahun 2020 lalu, Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj mengaku bertanggung jawab untuk ikut mengenalkan KH Muhammad Sholeh Darat al-Samarani kepada masyarakat luas, khususnya warga NU. Kiai Said mengajak Komunitas Pencinta Kiai Sholeh Darat (Kopisoda) untuk bersama-sama memopulerkan ulama yang dikenal sebagai guru Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari dan KH Ahmad Dahlan itu. "Mari kita kerja keras bagaimana agar nama Mbah Sholeh Darat dikenal seluruh masyarakat Nahdliyin," kata Kiai Said.
Pewarta : Kendi Setiawan
Editor : Musthofa Asrori
disadur oleh : Bang Ocung
Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/127452/ijazah-penarik-rezeki-dari-kiai-in-amuzzahidin-bin-masyhudi-semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar